Naeylah Yang Merana
Sebagai isteri barangkali ia tidak sekuat Khadijah yang dalam penderitaan senantiasa setia berkorban harta dan nyawa demi Islam. Barangkali juga ia tidak sebijak Ummu Salamah yang mampu mendinginkan hati Rasulullah SAW tatkala para pengikutnya berang dan membangkang. Barangkali ia juga tidak secerdas dan selincah Aisyah putri Abu Bakar yang ceria dan disayangi Rasulullah SAW. Namun kehidupan Nailah perlu dikenang.
Ia adalah simbol keprihatinan seorang istri yang hidup bersama seorang tokoh utama dalam sejarah. Tokoh yang di akhir kehidupannya diguncang badai fitnah kehidupan dunia. Ia adalah simbol kepedihan dari korban-korban yang bertumbangan dari tragedi yang dihembus banyak kepentingan. Ia adalah wanita yang terseret derasnya arus politik dari sebuah kekuatan yang tengah tumbuh besar namun semakin kehilangan arah dan pengendalian…
Lelaki itu adalah Utsman bin Affan RA. Beliau masuk islam pada usia 36 tahun atas ajakan Abu Bakar. Beliau termasuk kelompok 38, yaitu kelompok yang paling pertama masuk islam sebelum nabi Muhammad SAW menggerakkan da’wah terbuka. Pamannya Hakkam bin Umayyah menginterogasinya dengan kejam. Ia diikat dan dipukuli, dipaksa agar keluar dari agama yang dibawa Muhammad SAW. Bertubi-tubi siksaan menghantam tubuhnya, namun yang keluar dari mulutnya hanyalah ucapan : Wallahi la ad’uhu abadan (demi Allah! Aku tidak akan meninggalkan agama ini selamanya). Hakkam tak berdaya. Ia akhirnya melepaskan keponakannya itu dan membebaskannya memeluk agama islam.